maaf, jangan gunakan bahasa indonesia

di bibir jalan dekat lampu merah sedang diadakan rapat rahasia "komunitas pengamen non sejahtera".

tidak sengaja pembicaran rapat melipir kedalam "Pembukaan undang-undang dasar 1945"

tejo: kalian tahu kenapa negara kita ini sulit dibilang merdeka?

tengil: mungkin karena banyaknya pengamen kayak kita ini

tejo: bego! bukan itu! justru kita ini manusia kuat dengan atau tanpa pemerintah!

tepos: trus kenapa dong?

tejo: itu semua karena di bagian teks Pembukaan UUD 45 ada kalimat yang salah, dengar bagian ini

lalu tejo membaca UUD 45 dengan cengkok melayu:

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia
dengan selamat sentosa
mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan

negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

lalu tejo menambahkan:
kita sering dibilang belum merdeka karena pendahulu kita hanya mengantar kita ke "depan pintu gerbang" kemerdekaan saja dan tidak dibawa masuk kedalam kemerdekaan!

***

judulnya separtis banget ya?
birin aja!

banyak orang yang menginginkan merdeka, termasuk merdeka di bidang berbicara atau berdialog
namun, kemerdekaan berbicara ini tidak berlangsung dengan kedaan daerah dan tempat tinggal mereka

banyak pemuda yang jelas-jelas berasal dan berkulit asli jawa (coklat langsat agak hitam) yang berbicara dengan cara di jakarta-jakartakan padahal yang diajak bicarapun orang jawa pula. sudah melupakan bahasa masa kecilnya.

ini krisis namanya!
disaat kebudayaan sedang gencar dibicarakan untuk tetap di pertahankan agar tetap lestari tapi seperti sengaja dilupakan, bahasa daerah dinggap kurang menunjukkan kasta ekonomi seseorang.

ini nasionalisasi yang salah!
anak-anak kecilpun diajarkan untuk menggunakan bahasa indonesia dalam pergulan sehari-hari. ini memang mengjarkan nasionalisme sejak dini pada anak, tapi disisi lain keadaan bahasa daerah yang bermacam-macam akan terlupakan secara perlahan.

jika bahasa daerah sudah dilupakan, kemungkinan besar kita akan melupakan diri sendiri dan semakin sulit untuk mengenali diri bangsa.

"wong jowo yo ngomong jowo ae
gak usah isin
kat jaman'e mbahmu durung kawin biyen yo wis ngomong jowo!"


*Ditulis dengan hidung yang dalam kedaan buntu sebelah, ahli medis menyebutnya PILEK!

Komentar