jangan berebut, jangan ribut, jangan lempar-lempar kancut!

Sekarang kita tidak sedang membahas dana century atau bang antasari-williardi dengan isteri-isterinyanya. kita membahas yang lebih potensial dari pada itu! yaitu saat kenekatanku berangkat ke sidoarjo buat nonton PERSEBAYA dengan modal pas, kaos oblong, sandal jepit dan gak lupa pake kolor dong!.
berhubung kalau jatuh cinta tai kucing bakalan jadi cokelat, aku tetap nekat! biar cokelatnya sepet-sepet dikit aku tetap gila berangkat ke sidoarjo. (entah setan tipe berapa yang ada di otaku saat itu) tapi kalau sekarang aku akan jelas-jelas memilih cokelat dari pada tai kucing warna cokelat!

berangkat naik kereta bersama seorang saudara sekaligus teman bernama Ipung (where are you bro?)
sampai di depan stadion tiket sudah ditangan tinggal baris rapi, lencang kanan-lencang kiri, ikuti perintah polisi dan masuklah ke tribun penonton.
aku sadar betul bahwa kostum yang aku pakai berwana hijau (hijau lusuh) tapi begonya saat masuk malah keliru ke tribun supporter tuan rumah. diantara dominasi tribun supporter Deltras yang berwarna merah aku dan saudaraku pakai warna hijau sendiri!. kampret!.
untunglah masih ada orang baik yang menyadarkan kami berdua untuk kembali ke penangkaran.
aku dan saudara masih benar-benar PEDE berjalan dengan pakaian beda sendiri sambil meyakinkan diri sebagai trade center! ehhhh trend setter!

***

tak ada yang sulit dalam mempraktekkan diri untuk mengantri. berbaris rapi menunggu giliran. tapi bagaimana jika barang yang diperebutkan terbatas? dan orang yang memperebutkannya membeludak? ditambah lagi setiap orang merasa "harus" mendapatkannya.

jangan ditanya apa jadinya! sudahlah pasti keributan mewarnai kegiatan tersebut. tampilan yang sama terjadi di Stadion Tambaksari 10 Nopember minggu kemarin. ribuan orang memberondong stadion sejak pukul tujuh pagi untuk mengantri tiket pertandingan sepak bola PERSEBAYA VS Persib. saya, yang waktu itu masih berbincang dengan dua (ekor) teman di Taman Bungkul tak begitu menghiraukan walaupun saya sendiri sangat berambisi memndapatkan tiket tersebut.

pukul sembilan mata saya cukup dikejutkan dengan orang yang menyemut mengantri tak rapi di pelataran stadion sambil berteriak "Tiket.. tikett.. tikettt....!!".
saya tak tertarik mengikuti mereka, saya lebih memilih berbincang dengan salah satu wartawati dari Suara Surabaya (lupa namanya hehehe..) sampai kemudian saya bertemu dengan staf penjual tiket yang mengatakan loket dibuka pukul 11:00.

ada apa ini?
ini pertandingan besar, kenapa loket tidak dibuka sejak pagi?

berjam-jam berlalu saya menuggu dengan cukup sabar. dalam hati saya memotivasi diri "ini pertandingan besar! harus nonton!!" terlihat bodoh memang, tapi ini saya anggap sebagai pelampiasan rasa kangen karena selama tinggal di Semarang saya tak pernah melihat, berteriak, menyemangati pemain atau sekedar menggoblok-goblokkan wasit. secara langsung dari pinggir lapangan.

tak seperti yang dikatakan. loket baru buka pukul setengah dua belas, sekian banyak orang menyerbu loket dengan berdesakkan, saling menyikut dan saling menjejalkan diri kedalam keramaian. ambisi saya mendapatkan tiket tak surut melihat pemandangan brutal seperti itu. lama saya didalam kerumunan, dijilati panas, juga tenaga yang hampir habis digerogoti rasa lapar.

ini kebodohan yang membatu didiri kita.
rasa ingin memiliki dan fanatisme luar biasa telah membius agar kita bersikap beringas. pun, tak lepas penilaian saya untuk staf penjual tiket dan aparat berseragam cokelat yang bertampang seram tetapi berotak udang!.
seharusnya, antara loket ekonomi, utama dan VIP harus dibagi di setiap loket (pemberlakuan loket khusus) bukannya disetiap loket menjual ketiga tingkat tiket tersebut, dan di setiap loket harus ada aparat yang menjaga ketertiban pembeli!.

siang telah sampai di pukul satu lebih.
badan saya sudah lemas, tak mampu lagi bersaing. saya memilih keluar dari kerumunan (karena, kabarnya tiket sudah habis). lantas menelpon teman yang mengusulkan untuk membeli tiket di daerah simpang (Taman Apsari).
semangat saya timbul kembali. saya menuju taman apsari.

disana ada puluhan Viking Bandung yang ditampung dan sekian Bonek yang menunggu pembagian tiket. siang semakin tak bersahabat kami lawan dengan berbincang dan bercanda dengan anak-anak Bandung.
lanjut cerita, tiket sudah dibagikan, ternyata yang membeli tiket di simpang harus memesan terlebih dahulu. pendeknya, saya pulang dengan berbagai macam perasaan, dengan hati panas ditengah siang yang tak kalah panasnya.

pelampiasan saya alihkan pada sepiring nasi. perut yang memberontak berhasil saya redam.
hanphone menjadi alat yang sangat berguna saat itu, saya hubungi teman yang berprofesi sebagai calo. kabar yang mengatakan bahwa calo dilarang berjualan semakin menciutkan semangat.
dan terbitlah terang.
teman saya mengatakan ada tiket dan harus cepat-cepat ketempatnya.

motor saya keluarkan kembali. hampir disetiap meter kecepatan saya tambah. berpacu dengan waktu.
rasa lelah, letih dan capai terbayar kontan dengan tiket tersebut

setelah saya tanya-tanya teman saya ini mengaku bahwa tiket itu ia dapatkan dari "orang dalam" terkadang malah disuruh menjualkan tiket oleh orang dalam tersebut.
satu lagi catatan bodoh di buku negeri ini.

malam. pertandingan berlangsung cukup menghibur walaupun enam kartu kuning keluar dari saku sang pengadil lapangan.
rintik hujan tak terasa dingin karena rasa kebersamaan antara dominasi warna hijau Bonek mania dengan biru Viking Persib.
pertandingan berakhir dengan skor 2-1 untuk PERSEBAYA SURABAYA.




seperti inilah kami,
supporter sepak bola
kami bisa lebih beringas dari peluru yang ada di depan mata
kami dapat kuat melebihi Van Damme
kamipun miliki kemesraan melebihi jutaan mawar merah.


* terima kasih untuk Muklis, Fandi, ALvin dan Adam "ambon"
** foto diambil dari sini

Komentar