JALANG!
batinku teriak melampiaskan kekalahan untuk kedua kalinya. aku tak kalah melawan lawanku tapi aku kalah melawan skenario tuhan saja.
apa yang kalian tahu tentang skenario tuhan? pasti tidak ada, itu sebabnya agamawan menyerukan berjuang keras untuk kehidupan bersama.
memang, saya tak memungkiri kebaikan tangan tuhan (walaupun sebetulnya saya tak bisa memastikan tuhan memiliki tangan atau tidak) karenanya saya ada dimuka dunia ini. aku ada karena didalam diriku adalah tuhan, "manunggaling kawulo lan gusti"
tapi bukan karena itu saya tak berani menggugat tuhan!
dengan niat yang tidak jahat, kita boleh saja menggugat.
"hey Jibril, biarkan aku menembus dimensi yang kau jaga. agar aku bisa mendemonstrasikan perasaan, berupa pesan gugatan hidup"
Tuhan adalah alam semesta, dia berbahasa dengan apa yang ada disekitar mahkluknya.
aku mencoba meraba-raba tentang apa maksudnya melahirkanku menjadi anak pertama dari pasangan orang tuaku.
begini rabaanku:
dalam sebuah keluarga, anak kesatu adalah penyanggah masa depan dan tempat bersandar anak-anak selanjutnya.
hal ini yang membuat persimpangan jalan yang panjang di dalam pikiranku. apakah aku harus mengikuti jalanku sendiri yang belum tentu dapat menjadi tempat bersandar ataukah aku harus mengikuti jalan mereka yang mampu meminimalisir kesalahan yang sebetulnya aku tak tahan berada di jalan itu?.
aku seperti puing ditengah emosi kota besar.
didalam urut-urutan numerikal, angka satu berada dipunggung angka nol.
nol dapat berarti kosong dan sunyi. sekali lagi, ini cara tuhan mendeskripsikan skenario hidup seseorang.
adalah bahwa: aku harus melewati kesunyian didalam diri, menembus diri lebih dalam dan mencari angka satu digundukkan tulang rusuk.
begitulah kesulitan anak kesatu untuk menemukan angka satu.
satu sisi aku terlihat jantan dalam hal ini, tapi sebenarnya aku juga memiliki perasaan peka yang seringkali tak tahan mencari semua ini.
ada hal yang membuatku membara lagi, rahim bumi (ibu) dan langit sore (bapak) menjadi pendorong kuat untukku mencari diri, mencari satu, menemu hidup.
batinku teriak melampiaskan kekalahan untuk kedua kalinya. aku tak kalah melawan lawanku tapi aku kalah melawan skenario tuhan saja.
***
apa yang kalian tahu tentang skenario tuhan? pasti tidak ada, itu sebabnya agamawan menyerukan berjuang keras untuk kehidupan bersama.
memang, saya tak memungkiri kebaikan tangan tuhan (walaupun sebetulnya saya tak bisa memastikan tuhan memiliki tangan atau tidak) karenanya saya ada dimuka dunia ini. aku ada karena didalam diriku adalah tuhan, "manunggaling kawulo lan gusti"
tapi bukan karena itu saya tak berani menggugat tuhan!
dengan niat yang tidak jahat, kita boleh saja menggugat.
"hey Jibril, biarkan aku menembus dimensi yang kau jaga. agar aku bisa mendemonstrasikan perasaan, berupa pesan gugatan hidup"
***
Tuhan adalah alam semesta, dia berbahasa dengan apa yang ada disekitar mahkluknya.
aku mencoba meraba-raba tentang apa maksudnya melahirkanku menjadi anak pertama dari pasangan orang tuaku.
begini rabaanku:
dalam sebuah keluarga, anak kesatu adalah penyanggah masa depan dan tempat bersandar anak-anak selanjutnya.
hal ini yang membuat persimpangan jalan yang panjang di dalam pikiranku. apakah aku harus mengikuti jalanku sendiri yang belum tentu dapat menjadi tempat bersandar ataukah aku harus mengikuti jalan mereka yang mampu meminimalisir kesalahan yang sebetulnya aku tak tahan berada di jalan itu?.
aku seperti puing ditengah emosi kota besar.
didalam urut-urutan numerikal, angka satu berada dipunggung angka nol.
nol dapat berarti kosong dan sunyi. sekali lagi, ini cara tuhan mendeskripsikan skenario hidup seseorang.
adalah bahwa: aku harus melewati kesunyian didalam diri, menembus diri lebih dalam dan mencari angka satu digundukkan tulang rusuk.
begitulah kesulitan anak kesatu untuk menemukan angka satu.
satu sisi aku terlihat jantan dalam hal ini, tapi sebenarnya aku juga memiliki perasaan peka yang seringkali tak tahan mencari semua ini.
ada hal yang membuatku membara lagi, rahim bumi (ibu) dan langit sore (bapak) menjadi pendorong kuat untukku mencari diri, mencari satu, menemu hidup.
"Tuhan, aku bersiap merentangkan tubuh dimeja jagad raya untuk menyatu denganmu kembali.
mewujudlah didalam batinku, aku dan engkau adalah satu."
mewujudlah didalam batinku, aku dan engkau adalah satu."
Komentar
Posting Komentar
PINERANG BLOG
TERBIT SEMAMPUNYA SEJAK 2008