Pripun Gusti?

sedangkan aku?
aku telah melebur, menjadi keping yang lebih kecil dari atom.

sampai pada saatnya, angin menendang, menerbangkanku jauh melewati batas waktu manusiawi. aku tak mengenali lagi 'aku'.
aku hilang, melayang-layang dan jatuh di kubangan problematika.

tak sempat sadar,
di senja yang lembut datang manusia mengambilku.
mengepal-kepalkan badanku menjadi manusia yang sebernarnya, sambil tertatih perlahan aku merasakan kehidupan.
jauh!. sangat jauh dari jangkauan kepak telapak tanganku yang mungil, kehidupan begitu hingar kurasa.

***

dilain tempat.
dewasa sudah pasir kecil yang dulu berterbangan, atau terkadang menempel dikakimu.
sungguh, dia tetap mencari hidupnya, dari waktu ke waktu, dari hijrah ke hijrah.
ditemukannya lahan luas terbentang kaku dihadapannya. lahan kekolotan yang tak berubah suatu apa.

setelah menemukan pencarian, tetap ada tugas yang dijalankan.
lahan yang kolot harus dirubah, entah berubah atau si pasir dewasa yang akan tertanam didalamnya.
ya, tertanam adalah bagian kecil dari penindasan yang harus taat pada aturan-aturan puritan.

dilema terjadi padanya, bingung harus dijadikan apa?
jangan kau tanya aku!
aku telah melebur, menjadi keping yang lebih kecil dari atom.

kelak, ketika lebih matang, si pasir akan paham.
bahwa kehidupan tak perlu dibayangkan.
masa depan tidak ada pentingnya dipikirkan.
karena yang pokok bukanlah masa depan, melainkan hari ini.

hari dimana terjadi dilema, hari dimana ada kebingungan antara berjalan Idealis atau Apatis.
ukurlah, pikirkanlah, hari ini saja.

***

dalam sunyi ia bertanya:
"gusti, pripun niki?"

Komentar