Terdengar bapakku mengaung ditengah rimba, ibuku berlari mendatangi.
mereka, sepasang manusia berwujud singa dan macan melahirkanku diujung dunia membekaliku sepasang taring demi menghadapi dunia manusia.
Saya bukan manusia, saya lebih percaya bahwa saya binatang.
kaki saya melangkah orang-orang menghindar, saya bicara mereka memotong telinga, saya diam dicap gila.
Temanku kesunyian yang berkarat, musuhku dunia yang biasa dicibir 'bangsat!'.
di dunia itu, dengan mata elang saya melihat orang-orang menangis mengemis di perempatan-perampatan, seorang ibu menjerit menatap anaknya bekerja sampai mati, sang bapak lumpuh ditempeli penyakit-penyakit.
APA YANG KITA CARI?
Apakah hanya jabatan yang ada ataukah pembunuhan mental yang diciptakan
APA YANG KITA CARI?!!
***
Pernah pada sebuah hari ketika saya masih biasa berseragam putih-merah saya bertanya tak jelas pada siapa "untuk apa saya lahir?, kenapa saya dilahirkan?"
waktu itu saya memang masih kecil, jadi apa yang saya renungkan hampir semua tak terjawab.
setiap malam saya memikirkannya, pelajaran-pelajaran SD saya tinggalkan.
KENAPA?! APA YANG KITA CARI?!!
Beranjak dewasa saya merasa bahwa lulus sekolah bukan untuk mencari kerja dan tidak pernah ada guru sekolah saya berkata bahwa sekolah berguna untuk mencari kerja sekolah adalah tempat menerima transfer ilmu. Saya rasa kita hidup bukan hanya keluar dari rahim, belajar mengunyah nasi, berjalan tertatih, bersekolah, lulus mencari kerja, menikah beranak-pinak lalu mati dan ditangisi banyak orang.
LANTAS, APA YANG KITA CARI?
Pernah disebuah instansi yang saya lamar untuk bekerja menolak, hati saya hancur saya tak tau apa-apa. Dunia pekerjaan saya datangi dengan wajah yang masih benar-benar hijau.
Dan pertanyaan masa kecil muncul seperti ingatan yang represif, "untuk apa saya lahir?, kenapa saya dilahirkan?" di sela itu ibu saya menelpon, dengan suara lembut saya mendengar suara tuhan muncul dari mulut ibu saya. Karena tak tahan pelan-pelan saya merasakan ujung mata saya pecah. saya tak tahan, air suci menetes halus di pipi saya. diujung telepon sana ibu saya menyenandungkan bait-bait yang pernah saya tulis ketika didalam rahim.
Saya renungkan kembali makna kehadiran manusia, untuk apa sebernarnya diciptakan?.
setiap manusia memiliki kelebihan berpikir meninggi dan merendah. berpikir tinggi adalah berpikir menggunakan otak, sedang berpikir merendah adalah berpikir menggunakan hati.
Otak saya tak mampu menjangkau renungan saya sendiri jadi saya putuskan untuk memakai hati. berpikir serendah-rendahnya.
hidup, tugas dalam hidup adalah "menghidupkan"
ya, itu jawaban yang rasa tepat. hidup bukan untuk mencari pekerjaan atau belajar tentang cara berumah tangga yang baik saja. hidup adalah menghidupkan orang lain. adanya garis kasta kaya dan miskin adalah peluang untuk menghidupkan orang diatas atau dibawah derajat kita.
APA YANG KITA CARI?
kita tidak mencari apa-apa, karena tugas kita bukan mencari tetapi menghidupkan.
mereka, sepasang manusia berwujud singa dan macan melahirkanku diujung dunia membekaliku sepasang taring demi menghadapi dunia manusia.
Saya bukan manusia, saya lebih percaya bahwa saya binatang.
kaki saya melangkah orang-orang menghindar, saya bicara mereka memotong telinga, saya diam dicap gila.
Temanku kesunyian yang berkarat, musuhku dunia yang biasa dicibir 'bangsat!'.
di dunia itu, dengan mata elang saya melihat orang-orang menangis mengemis di perempatan-perampatan, seorang ibu menjerit menatap anaknya bekerja sampai mati, sang bapak lumpuh ditempeli penyakit-penyakit.
APA YANG KITA CARI?
Apakah hanya jabatan yang ada ataukah pembunuhan mental yang diciptakan
APA YANG KITA CARI?!!
***
Pernah pada sebuah hari ketika saya masih biasa berseragam putih-merah saya bertanya tak jelas pada siapa "untuk apa saya lahir?, kenapa saya dilahirkan?"
waktu itu saya memang masih kecil, jadi apa yang saya renungkan hampir semua tak terjawab.
setiap malam saya memikirkannya, pelajaran-pelajaran SD saya tinggalkan.
KENAPA?! APA YANG KITA CARI?!!
Beranjak dewasa saya merasa bahwa lulus sekolah bukan untuk mencari kerja dan tidak pernah ada guru sekolah saya berkata bahwa sekolah berguna untuk mencari kerja sekolah adalah tempat menerima transfer ilmu. Saya rasa kita hidup bukan hanya keluar dari rahim, belajar mengunyah nasi, berjalan tertatih, bersekolah, lulus mencari kerja, menikah beranak-pinak lalu mati dan ditangisi banyak orang.
LANTAS, APA YANG KITA CARI?
Pernah disebuah instansi yang saya lamar untuk bekerja menolak, hati saya hancur saya tak tau apa-apa. Dunia pekerjaan saya datangi dengan wajah yang masih benar-benar hijau.
Dan pertanyaan masa kecil muncul seperti ingatan yang represif, "untuk apa saya lahir?, kenapa saya dilahirkan?" di sela itu ibu saya menelpon, dengan suara lembut saya mendengar suara tuhan muncul dari mulut ibu saya. Karena tak tahan pelan-pelan saya merasakan ujung mata saya pecah. saya tak tahan, air suci menetes halus di pipi saya. diujung telepon sana ibu saya menyenandungkan bait-bait yang pernah saya tulis ketika didalam rahim.
Saya renungkan kembali makna kehadiran manusia, untuk apa sebernarnya diciptakan?.
setiap manusia memiliki kelebihan berpikir meninggi dan merendah. berpikir tinggi adalah berpikir menggunakan otak, sedang berpikir merendah adalah berpikir menggunakan hati.
Otak saya tak mampu menjangkau renungan saya sendiri jadi saya putuskan untuk memakai hati. berpikir serendah-rendahnya.
hidup, tugas dalam hidup adalah "menghidupkan"
ya, itu jawaban yang rasa tepat. hidup bukan untuk mencari pekerjaan atau belajar tentang cara berumah tangga yang baik saja. hidup adalah menghidupkan orang lain. adanya garis kasta kaya dan miskin adalah peluang untuk menghidupkan orang diatas atau dibawah derajat kita.
APA YANG KITA CARI?
kita tidak mencari apa-apa, karena tugas kita bukan mencari tetapi menghidupkan.
Komentar
Posting Komentar
PINERANG BLOG
TERBIT SEMAMPUNYA SEJAK 2008