Dendam Si Pohon

Pikirku kau sudah tahu, jika seorang anak kecil dihadapkan pada sebuah pohon besar. seolah menjadi seorang Perwira yang pongah. memukuli batang pohon, menarik dedaunan dan tertawa riang.
"kamu jangan sering pukuli batang pohon, nanti Tuhan marah" kata teman saya, Mathius namanya. saya yang saat kecil tidak suka diatur-atur menganggap nasehatnya seperti asap menguap saja.

diam saja, peduli apa soal pohon?!
mereka cuma bisa diam! bodoh, dungu. tak akan tuhan mengurusi pohon senbanyak itu. toh selama ini tidak ada pohon yang diurus dengan baik, apalagi tuhan?. tuhankan hanya mengawasi manusia dari layar besar sambil ngemil. begitukah tuhan? heheh.. waktu kecil dulu seringpula saya bertanya tuhan itu seperti apa sih?

selalu begini, orang sekitar terlalu banyak mengomentari kegiatan saya. mereka menganggap saya melanggar hukum dan patut dihukum. namun kenapa juga saya terlahir keras kepala? saya tak gampang menurut keinginan orang-orang termasuk urusan memukuli pohon itu.

***

guntur berteriak kencang malam itu, suaranya masuk kealam mimpiku. menyadarkan sekian detik lalu mengambil HP di balik bantal. pukul 00:06. gila! hujan selebat ini ditengah malam. sebetulnya bunkan karena guntur itu saya terbangun, tapi ada mimpi tak indah yang mampir di otak saya, skenario pendek tentang saya yang tertembak mati bagai lakon di film-film Hollywood. bukan saya tak percaya tapi saya lebih suka tidur daripada susah-susah mengurai mimpi. tertembak mati pula.
segelap ini, sedingin ini, tak ada yang patut disyukuri kecuali bisa kembali tidur.

gemuruh dedaunan saya dengar di balik tembok kamar menambah gusar perasan, bagaimana tidak? saya baru tidur sebelas malam dan harus buru-buru bangun empat pagi.
selimut saya tarik dan berlabuhlah kembali.

04:00 HP saya teriak-teriak, suara alarm tak jelas. saya tunda sekian menit untuk bangkit dari liang kasur. menghela nafas sejenak mengusir sisa pikiran kotor saya tentang mimpi itu. lupakan!

gelap sekali pagi ini, tak ada lampu yang menerangi seperti biasa PLN sengaja mematikan listrik setelah hujan deras. saya bisa mudah menyingkirkan dingin tapi gelap ini perlu perlawanan lain. lampu HP tak sanggup melawan kegelapan ini.
jalan terakhir ya gerayangan. mau kesitu gerayangan, kesini gerayangan.

segelas susu saya pakai mendongkrak tenaga pagi itu, hangatnya mampu sedikit mengobati dingin ini.
persiapan selesai, attack the enemy! teriak batin saya.
langit masih mengucurkan keringatnya, saya hitung kembali apa-apa yang akan saya temui dingin, angin, air. itu saja.

sepanjang jalan keluar dari desa saya lewati sendiri, lagipula siapa yang mau lewat jam sepagi ini? melawan angin kencang dan dingin menyengat. mati listrik juga ampuh memnina bobokan seseorang. huhhh.. sempat juga saya mengeluh harus keluar menantang marabahaya ini.

di depan sebuah pabrik garment lampu menyala terang kontras dengan sekitarnya, ini saat nya ngebut, gas motor saya tarik 70 KM/jam sampai sejauh 100 meter dari pabrik tersebut keadaan masih lengang dan "brakkkk..." tubuh saya terpelanting dua meter dari sebuah pohon raksasa yang menyilang selebar jalan.
kaget dengan apa yang terjadi, kaki saya terkilir di bawah mesin motor, sandal mencelat tak tahu lagi berada dimana. beruntung seorang pria membantu saya mengangkat motor. saya sendiri masih "kliyengan" dengan kejadian awal hari itu.

masih tak habis pikir dibelakang saya mulai ramai orang berteriak-teriak memberitahu ada pohon besar yang tumbang. ternyata saya korban pertama.
"rrrrrrrr....." motor kembali saya nyalakan menyusuri cukup jauh sampai di pertigaan pasar karangjati ternyata ada macet akbar dari arah semarang-yogyakarta mungkin karena pohon tumbang juga. dari arah sebaliknya, arah yang saya lalui juga ada pohon tumbang. namun untunglah kali ini bisa saya lalui aman terkendali.

ada lagi, diskitar pasar babadan-ungaran, sebuah mobil entah bermerk apa, menabrak pembatas jalan dan merompalkan bemper depan dan ban sebelah kiri. tak ada waktu! saya tak mau mencari-cari berita. ada kegiatan yang lebih penting. watu gong! ya, tempat itu yang saya tuju. WATU GONG SEMARANG! JANGAN SAMPAI TERLAMBAT!.

***

apa ini balas si pohon pada saya?
apa rasa terkilir ini berasal dari dendam kesumatnya?, betul, dendam kesumat. tergantung pandai angin besar menyumat dendam itu sampai pohon tumbang melintang.

dan sekarang, manusiakan pohon. karena pohon juga punya perasaan dan dendam seperti manusia. pohon adalah manusia yang tertunda.

Komentar