CETRA GANDAMAYI

"aku mengandungmu lima bulan saja" kata Itnar pada bayi berkepala naga "dalam lima bulan itu aku melihat purnama sebanyak dua puluh tujuh kali, semoga kau sebenderang itu, nak"

Itnar adalah ular yang baru saja melahirkan anak berkepala naga.

"aku tahu, nak. kau tak pernah nyaman dalam perutku yang sempit, kini kau ada di rahim sungai. pada lampu sisa semalam kusabdakan pada dunia bahwa anakku akan kularungkan di sungai ini"

semuanya sudah hafal diluar kepala bahwasanya dunia tak menunggu langkah lambatmu, begitupun Itnar yang melarungkan anaknya ke sungai, melepas sekaligus merelakan anaknya bertarung sendiri dengan arus sungai

"jika dewa-dewa dan siluman-siluman alas memperkenankanmu menjadi besar, kita akan saling menari kembali, nak. anggaplah sekarang aku sebuah pedang yang berada di pinggang kirimu, sebelum kau mengambilku dari sarung pedang tanganmu harus benar-benar kokoh dan sungai deras inilah yang pantas mengepalkan tanganmu lebih kuat"

kelemahan manusia yang tidak disadari adalah kebiasaan mencari kelemahan sendiri, itu lahir karena dunia yang memperkenalkan manusia pada titik-titik extrem kelemahan seseorang, kekurangan sebuah agama dan diperdebatkan lantas muncul korban yang lantas secara frontal menilai kekurangan sendiri lalu sengaja menyingkir dan mengikat diri dari paradaban. Itnar sudah lama tahu tentang hal itu, karena itu dia bersumpah bahwa tidak ada manusia yang benar-benar manusia.

"kau tahu, nak. bau matahari di barat itu, warna senjanya yang terpantul pada atmosfer. ada mahkluk-mahkluk yang tak menyukai terang seperti kita. sebab kita tidak berjalan dengan kaki dan mata yang kita butuhkan hanya keyakinan dan aku yakin kau akan menjadi purnama dalam sungai ini, karena itu pula kita tidak butuh cahaya-cahaya benderang siang hari"

Gelap itu lebih mendidik manusia ketimbang terang, di dalam gelap manusia mampu membuat peradaban yang santun dengan tidak terlalu banyak gerakan, semenatara di dalam terang seseorang dapat dengan mudah berlari kesana kemari dan leluasa. justru, di dalam terang manusia sering lupa bahwa dirinya manusia 'surup' (bahasa jawa; perjalanan hari menuju petang) ketika burung dares manggung di pucuk tangan pohon beringin, dan dirumah sebelah sungai itu seorang istri menagisi pria setengah baya yang mati dengan dada membiru. seperti yang kita tahu bahwa di sungai ini telah terjadi pertempuran roh-roh malam dan badan halusnya terlepas untuk ikut dalam pertempuran.
karena dia kalah, badan halus tak diperkenankan kembali pada raga.

"jelas aku tak mau kau seperti itu, nak" kata Itnar yang tak mau anaknya kalah degan takdir liuk sungai "larunglah anakku, bertapalah kau di dungai ini. kuberi kau nama Cetra Gandamayi"

Komentar