Bergandengan Tangan

Saya sedang dikamar sambil internetan dikasur tiba-tiba hape saya menderingkan sebuah pesan singkat dari adik saya berbunnyi: "mas, buruan sarapan ditungguin dibawah"

Keluarga saya sedang dijajah elektronik.
Dari lantai bawah ke atas saja harus memanggil pakai sms, coba bayangkan ditahun 90an awal, mungkin bapak saya akan memanggil anaknya ini dengan mengirim surat ke kamar lalu diambil lagi karena lupa ditempelin perangko.

Dan baru saja saya ngobrol sama saudara saya di Semarang, pertanyaan pertama masih enak "bagaimana kabarnya?" pertanyaan kedua sedikit berbau ekonomi "tabungannya udah banyak belum?" pertanyaan ketiga ini yang sempat membuat jantung saya pindah ke kana.

"lha, kamu udah punya pacar belum?"


***

Pemirsa, camkan baik-baik.
Bahwasannya mencari pacar itu tidak semudah membalik telapak kaki kuda, mungkin itu untuk sebagian lelaki saja emmmm... termasuk saya kali ya?
Tapi tolonglah hargai kaum adam sesuai dengan harga pasarannya,  jangan bertanya soal pacar secara frontal seperti ini contohnya:

Esmeralda: kau mau kemana malam minggu nanti?

Pedro: aku mau pergi nonton film romantis

Esmeralda: oh ya!, sama siapa?

Pedro: sebenarnya sih...

Esmeralda: ah, pasti sendirian ya? kamu masih jomblo? belum nemu juga? kasian.. yang tabah yaa...

yap!, setidaknya seperti itu cukup menyakitkan, menusuk batin dan bisa memindah jantung ke sebelah kanan.

Puluhan orang tua memberi tahu saya harus mencari calon istri yang baik, yang pengertian, sopan, agamanya bagus dan nilai tambah kalau bisa bantu kerja.
saya juga selalu merasa sesak nafas kalau harus mencari yang seperti itu, untuk sekedar merayu nenek-nenek saja saya masih bingung harus memberi bunga mawar atau sarung pantai.

Semuanya buruk, saya nggak ngerti apa-apa soal pacaran. disekolah sejak SD sampai baru kemarin lulus dari Oxford belum pernah saya diajari tentang kalkulasi mencari istri, itulah sebabnya saya kagok sekali kalau pacaran.
Untungnya, Valentine itu terjadi sehari dalam setahun, kalau saja setiap hari kamis itu Valentine saya akan membeli kain putih setiap rabu untuk dikibarkan disamping rumah sebagai tanda menyerah.

Mencari pacar itu tidak mudah, sungguh tidak mudah (buat saya), saya sudah kenal dengan gadis mulai yang cantik sampai yang agak ganteng semuanya susah saya masuki pintu hatinya karena ternyata hati perempuan itu tidak berpintu, sudah saya coba pendekatan dengan metode merayap, berjalan perlahan sampai ilmu menghilang dan tetap tidak berhasil.

saya putus asa?
tidak, 'cuman rodok mangkel!' (bahasa jawa, artinya: kamu sudah makan?)
bolak-balik akeh sing takok, koen wis duwe pacar durung? (bahasa jawa lagi, artinya: jangan lupa sarapan dan jangan lupa minum susu keledai)
mungkin salah saya juga, dari waktu yang saya luangkan untuk keluar yang kata teman saya mencari kenalan, saya malah sibuk memotret gedung-gedung tua dan mencari tau soal keberadaannya di masa lalu. tidak.. tidak begitu pemirsa, saya masih normal kok, saya nggak bakalan nikah sama gedung lumutan.

Jadi kesimpulannya, jangan terlalu memojokkan kaum yang tertindas asmaranya, kirim kami doa setiap hari agar dengan senang hati melihat kalender bahwa hari sabtu hari dilewati dengan bergandengan tangan.
karena saya.... emmmm... sudahhh.... saya sudah lupa cara bergandengan tangan.

Komentar