Kereta dan potongan cerita tentang masker

Polder fenomenal yang dibangun dari jaman penjajahan Belanda dulu nampak berkilau dari jauh, bidang tanah rendah yang menampung banjir air rob itu sudah sekian lama ingin saya kunjungi karena saya suka dengan bangunan-bangunan jaman kolonial Belanda, sedang penyebab banjir air rob itu sendiri cukup kompleks mulai dari pemanasan global, penurunan muka tanah, tingkat abrasi hingga kerusakan drainase di wilayah pesisir.

 

Dari jaman penjajahan Belanda, sudah dipikirkan akan dikemanakan banjir air rob yang masuk ke wilayah darat Semarang Utara, maka dibentuklah Polder seperti danau buatan di tanah yang lebih rendah yang memiliki kolam retensi dengan sisten drainase dan diberi tanggul keliling.

 

Di Stasiun Tawang yang berada dalam kawasan Kota Lama Semarang sudah lama beroperasi sejak Perang Dunia I berkecamuk yakni tahun 1914, bayangkan saja di Eropa perang sengit Ideologi saling menjatuhkan antar Negara sementara di Semarang sedang memotong pita peresmian Stasiun bahkan mungkin sambil nyruput wedang jahe.

"Wes to, ndes.. sing perang ben perang wae, kene nyruput jahe sek.."

Begitu mungkin guyonan Meneer Belanda.

 

Rentang yang begitu panjang menjadikan Stasiun Tawang bukan sekedar perlintasan kereta api, namun keberadaanya tak muluk jika disebut sebagai Stasiun yang rekreasional lebih-lebih jika Crew Stasiun mampu menjelaskan sejarah disetiap sudut Stasiun, kawasan Stasiun Tawang bisa disemati kawasan yang rekreasional dan edukatif.

****
 

Sekurangnya dua biji Lumpia Mataram menemani saya menunggu kedatangan Kereta Ambarawa jurusan Semarang-Surabaya, ini kali pertama saya mudik setelah dua tahun pelarangan mudik yang mau-tidak-mau perjalanan mudik hanya Via Whats'App saja.
Tahun ini benar-benar numplek dalam arus balik selama libur lebaran, tak kurang 14 gerbong berderet mengantar penumpang sekurangnya 1000 orang.

 

Saya memilih kursi di sudut kiri paling belakang karena dari sini semua isi gerbong terlihat lebih luas, semua penumpang terlihat tak terkecuali siapapun yang masuk ke gerbong akan terlihat dari sudut saya duduk termasuk Pak Kondektur yang didampingi Polsuska mengecek kondisi penumpang dengan susunan tempat duduk yang sudah dipesan, beberapa kali Kondektur menghitung melalui kedipan mata dan mencocokan di layar Smartphone, lalu Polsuska mengingatkan beberapa penumpang yang maskernya melorot agar diperbaiki dan dikenakan sesuai fungsi masker.

 

Lalu Pramugari datang membagi Souvenir berupa Healty Kit berupa Masker dan Tisu Basah, hal ini sudah lama terjadi, pihak KAI membagikan Healty Kit diperjalanan selama Pandemi berlangsung.

Tisu basah jelas gunanya untuk mengusap peluh yang ndromos kepansan dan sumuk sebelum masuk ke gerbong ber-AC.

Saya bolak-balik plastik zipper berisi masker dan tisu yang disebut Healthy Kit, ini tentu ada hubungannya dengan Pandemi selama ini, lantas Bagaimana jika pandemi sudah berkahir?
Masihkan pihak KAI membagi masker?

 



sulit dipungkiri bahwa sektor transportasi adalah pihak yang paling terpukul selama pandemi berlangsung, setidaknya selama dua tahun perjalalanan jarak menengah dan jauh seolah mandeg-jegreg.

Sekali lagi saya terpikir bagaimana jika pandemi berkahir, tanda ini sudah lama terbaca dari adanya Vaksin Booster yang menambah kekebalan tubuh juga semakin banyak orang yang sembuh secara mandiri dari paparan virus membuat daya tahan tubuh berkali lipat lebih kuat.

 

Juga yang menarik untuk disorot adalah layanan Streaming film Netflix yang telah kehilangan lebih dari 200 juta pelanggannya di seluruh dunia, mungkin bagi Netflix persaingan layanan Streaming yang semakin banyak bermunculan serta kebiasaan berbagi akun membuat Netflix semakin sulit menggaet pelanggan baru meski nyatanya yang terjadi di Kanada dan Amerika pelanggan Netflix juga menurun sebanyak 600 ribu.

 

Prediksi awal bahwa dunia akan "kembali Offline" bisa saja lebih cepat tertunaikan, saya menggunakan Netflix sebagai alat ukur karena Netflix pula yang melejit dari produk-produk digital termasuk layanan Meeting Online. Peristiwa Invasi Rusia ke Ukraina juga membuat Netflix menarik diri dari Rusia dan kehilangan 700 ribu pelanggan dari Beruang Merah.

 

Kembali kedalam kereta belum selesai saya berpikir kira-kira Souvenir apa selanjutnya yang diberikan KAI kepada penumpangnya jika pandemi benar-benar berakhir, Soft Drink kah? Tentu bukan sebab perjalanan lintas provinsi KAI menyediakan kantin disetiap rangkaian keretanya, dulu saya sempat terpikir untuk naik kereta on the spot tanpa repot antri dalam loket, cukup tempel kartu E-Money, pilih kursi dan langsung masuk ke gerbong, tapi era digital membawa KAI jauh lebih Up to date dengan Aplikasi yang bertujuan sama seperti Kartu yang saya maksud yakni Paperless.

 

Meski kadang dianggap cukup penting, pemberian tisu, air mineral dll dalam sebuah perjalanan saya sendiri menilai kenyamanan dan keamanan yang diberikan selama di Stasiun, dalam kereta hingga tujuan adalah kenang-kenangan yang sesungguhnya, menjadi oleh-oleh cerita yang bisa dibagi di kampung sampai berbusa-busa, "saiki numpak sepur enak..".

 

Pagi ini, hari pertama aktif bekerja saya berangkat ke kantor dengan menggunakan masker dari KAI lengkap dengan tisu basahnya di saku kiri, ini teramat penting sebagai langkah nyata telah kembali ke dunia normal dengan penuh gairah.

Ancen wong ndeso, masker gratisan ae pamer.

 

 

Ditulis buru-buru dikamarmandi, sebab Istri sudah gedor-gedor pintu,

'Ayo gantian, ojok suwe-suwe'

 


Komentar